Thursday, March 19, 2009

Anak Kecil 6 Tahun Merawat Papanya Yang Lumpuh

Tse Tse kecil sedang menyuapi papanya yang lumpuh.
(Dajiyuan, 17 Des) Karena ayahnya lumpuh bertahun-tahun, anak yang baru
berumur 6 tahun ini terpaksa memikul tanggung jawab rumah tangga. Selain
setiap hari mencuci muka ayahnya, memijat dan memberi makan, dia masih
bersama ibunya mengambil botol air mineral bekas sebagai tambahan pendapatan
keluarga. Cerita Tse Tse ini banyak menyentuh hati teman di internet, hanya
beberapa jam, sudah puluhan ribu orang yang mengkliknya.
Adegan yang mengharukan
Begitu sampai di rumah, Tse Tse langsung sibuk menyiapkan seember air,
lantas dengan tangannya yang mungil ia memeras selembar handuk yang besar,
karena handuk terlalu besar buat dia, Tse Tse membutuhkan 3 sampai 4 menit
baru bisa mengeringkannya, kemudian dengan handuk itu dia menyeka wajah
ayahnya dengan lap itu. Dia sangat teliti melapnya, sepertinya khawatir
kurang bersih. Setelah selesai, Tse Tse kemudian berjingkat melap punggung
ayahnya, di belakang, selesai semua, dengan puas dia tersenyum ke ayahnya.
Tse Tse tahun ini berumur 6 tahun, baru kelas 1 SD, tinggal di jalan Baoan,
desa Nantong, papanya Xiong Chun pada 5 tahun lalu tiba-tiba menderita otot
menyusut, di bawah leher semua lumpuh, untuk mengobati penyakitnya dia telah
menghabiskan semua tabungannya. Sekarang, keluarga yang beranggotakan 3
orang ini hanya mengandalkan ibunya yang bekerja di pabrik, dengan
penghasilan kecil itulah mereka bertahan hidup.
Di sekolah Houde, anak yang seumur dengannya dengan ceria bergandeng tangan
dengan orang tuanya sambil berjalan, namun Tse Tse malah harus sekuat tenaga
mendorong ayahnya pulang. Ketika mau menyeberang jalan, dia akan berhenti
sejenak, menoleh kendaraan yang lalu lalang, setelah aman dia baru
menyeberang. Setiap ketemu tempat yang tidak rata, Tse Tse harus
mengeluarkan tenaga ekstra menaikkan roda depan, menarik kursi roda itu dari
belakang, wajahnya yang mungil sampai terlihat kemerahan. Dari sekolah
sampai rumah jaraknya sekitar 1.500 meter, harus ditempuh selama 20 menit.
Satu keluarga 3 orang menempati rumah 8 m2
Rumah Tse Tse adalah sebuah rumah dengan kamar kecil seukuran 8m2, hanya
besi seng menutupi atap yang menghalangi cahaya masuk ke kamar, di atap
tergantung sebuah lampu energi kecil. Dalam rumah penuh debu, yang paling
mencolok adalah penghargaan Tse Tse yang tergantung di dinding. Terhadap
sekeluarga yang pendapatan bulanannya hanya sekitar 1.000 RMB (Rp. 1,5 juta)
bisa dikatakan, sebuah TV 21" sudah merupakan barang mewah.
Sebuah ranjang atas dan bawah sudah memenuhi seluruh kamar, di atasnya penuh
dengan barang pecah belah, hanya tersisa sedikit ruang kecil. Xiong Chun
berkata, itu adalah ranjang Tse Tse. Sebuah meja lipat tergantung di
dinding, itu adalah meja belajar Tse Tse, juga adalah meja makan keluarga.
Di samping pintu yang luasnya tidak sampai 1 m2, ada "dapur" yang dibuatnya
sendiri, di samping kompor masih tersisa sebatang kubis. "Makanan dan minyak
di rumah semua diberikan oleh teman mamanya, satu hari tiga kali makan, Cuma
makan malam yang agak lumayan, di rumah jarang makan daging, namun setiap
minggu mereka akan mengeluarkan sedikit biaya untuk mengubah kehidupan
anaknya, namun setiap kali makan, Tse Tse akan membiarkan saya makan dulu,
baru dia makan." Kata Xiong Chun.
Tangan mungil Tse Tse sedang memijat kaki papanya.
Setiap hari memijat papanya 3 kali
Mama Tse Tse bekerja di pabrik, setiap siang hari dia akan menyisakan
sedikit waktu pulang ke rumah menanak nasi untuk suaminya, setelah menyuapi
dia segera balik ke pabrik bekerja, tanggung jawab merawat suaminya semua di
bebankan ke pundak Tse Tse.
Xiong Chun memberitahu wartawan, setiap pagi jam 6.30 begitu jam alarm
berbunyi, Tse Tse akan bangun, cuci muka dan sikat gigi, dia juga membantu
papanya mencuci muka, selesai itu dia akan memijat tangan dan kaki papanya,
kira-kira 10 menit. Pulang sekolah sore, dia akan memijat papanya lagi,
malam setelah memandikan papanya, dia akan memijat papanya lagi, baru tidur.

"Agar bisa lebih banyak membantu mamanya, Tse Tse kadang-kadang ikut mamanya
memungut barang bekas untuk menambah penghasilan keluarga. "Xiong Chun
sangat sayang anaknya. Tetangga di sekeliling sangat terharu dan mengatakan:
"Tse Tse sangat mengerti. Kita semua merasa bangga ada anak seperti ini."
Boneka 5 Yuan yang paling disukainya
Mama membawa dia memungut botol air bekas untuk menambah penghasilan. Suatu
ketika, Tse Tse memungut satu mainan mobil plastik bekas di tempat sampah,
dia bagaikan mendapat barang pusaka, setiap hari akan main sebentar dengan
mobil plastiknya itu. Yang Xianfui berkata, kemarin mama dan anak pergi
memungut besi bekas, bisa dijual 20 Yuan.
Tse Tse punya satu boneka kecil yang lucu, itu yang paling disayanginya.
Malam hari juga mengendongnya tidur. "Dia melihat boneka itu di toko,
beberapa kali dia memintanya, 5 Yuan, saya tidak tega terus, akhirnya saya
nekat membelikannya, " Kata Xiong Chun.
Tse Tse dengan tekun merawat papanya.
Begitu Tidak Boleh Sekolah, Langsung Menangis
Untuk mengirit biaya listrik,setiap hari begitu pulang sekolah Tse Tse akan
memindahkan "Meja kecilnya" keluar, mengejar siang hari menyelesaikan
PR-nya.
"Uang sekolahnya setahun sekitar 3.000 sampai 4.000, kami tidak sanggup.
Karena tidak ada uang, tahun ini saya juga melepaskan berobat lagi," kata
Xiong Chun. Beberapa waktu yang lalu, dia berbicara dengan istrinya agar Tse
Tse berhenti sekolah saja, Tse Tse begitu tahu langsung menangis.
Xiong Chun berteriak, "Hidup normal saja bermasalah, masih harus kasih dia
sekolah, sungguh susah, bila sudah tidak mungkin, biar dia berhenti saja."
Tse Tse yang sedang bermain boneka, begitu mendengar kata papanya, langsung
menangis. Xiong Chun menarik Tse Tse ke sisinya, membujuk: "Papa akan
usahakan kamu sekolah, biar kamu bisa sekolah!" Setelah dibujuk beberapa
kali, Tse Tse baru berhenti menangis, dengan tangan mungilnya dia menyeka
air matanya.
"Terhadap Tse Tse, saya sungguh menyesal.... ," sambil menangis tersedu,
Xiong Chun sudah tidak dapat berkata lagi. Xiong Chun berkata: "Saya percaya
pasti akan sembuh, Tse Tse adalah harapan saya.

No comments: